HISTORY
Camel Trophy diadakan di Indonesia sebanyak empat kali di 3 pulau yang berbeda. Yang pertama diadakan di pulau Sumatera, kedua di Kalimantan, ketiga di Sulawesi dan lalu yang keempat kembali di Kalimantan dengan rute yang berbeda. Kira-kira di tahun 2019, mereka (Sandglow) mulai bertukar ide sambil membangun konsep untuk mengadakan event yang bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat dan rasa petualangan sejati Camel Trophy. Waktu awal-awal mereka membuat konsep ini, Sandglow masih belum terbentuk. Waktu itu (selesai event Berau Tropical Challenge 2018) hanya merupakan ide gila dan kreatif dari Greefion Kamil (Indonesia 4×4 Expedition), Saeful Hasyim dan Tandon Padmodimuljo (Carnal Production) untuk menjelajah dan bisa mengangkat keindahan Indonesia ke mata dunia. Namun demikian mereka juga menyadari bahwa untuk merealisasikan ide gila tersebut, butuh bantuan energi dan pikiran dari para profesional lain.
Ketiga orang penggagas kegiatan ini berasal dari club yang sama, yaitu LRCI (Land Rover Club Indonesia). Oleh karena itu mereka menawarkan pada Club untuk bergabung, berpartisipasi dan akan menggunakan nama LRCI sebagai organizer kegiatan walaupun pada prakteknya siapa saja boleh dan dapat bergabung pada kegiatan ini. Memiliki semangat yang sama merupakan tujuan awal, karena Camel Trophy adalah warisan berharga untuk Indonesia.
Selanjutnya mereka mengadakan pertemuan untuk membahas ide-ide awal sekaligus menambahkan masukan-masukan lain terkait dengan rencana event tersebut. Dalam perjalanan ini ada banyak orang yang memberikan kontribusi, antara lain Adi Santosa, Syamsu Setiabudi, James Budiono, Thomas Pfister dan Bambang Pratesa. Ini sebelum pemilihan pengurus LRCI di pertengahan tahun 2019 yang ternyata setelahnya ada beberapa orang yang keluar masuk dari dalam grup kecil ini
SURVEY JALUR
September 2019 saat HUT LRCI di Puncak, akhirnya resmi LRCI bergabung untuk menjadi penyelenggara event yang di kenal sebagai Tribute To Camel Trophy, sebuah penghargaan untuk acara legendaris, Camel Trophy Sumatra tahun 1981. Tidak menunggu lama, Fion Kamil pun berangkat untuk survey rute original Camel Trophy 1981 yang akan dilalui oleh para peserta.
Bersama Taufiq Waligar (pojok kiri), salah satu penggagas Berau Tropical Challenge di Jambi.
Karena keterbatasan dana dan crew maka survey rute tersebut dilakukan menggunakan 1 kendaraan Land Rover. Tidak sendirian, Fion ditemani oleh Syamsu Setiabudi, Mang Hardi dan Mardi Jordison. Selama satu bulan mereka keluar masuk jalur dan menyambungkan dua Leg yang akan dijadikan satu jalur untuk Tribute To Camel Trophy, yaitu Leg 1 dari Jambi – Pekanbaru dan Leg 2 dari Pekanbaru – Berastagi. Sesuai dengan rute Camel Trophy 1981, hanya saja ini dibalik.
Sepulang mereka dari survey, berita baik langsung tersebar dan semua setuju untuk mengadakan sebuah Dry-Run di Leg 1 yang akan melibatkan tidak lebih dari sepuluh kendaraan. Tidak hanya sekedar sepuluh kendaraan, namun seleksi ketat juga dilakukan, karena Dry-Run ini termasuk dalam rangkaian kegiatan survey, jadi kendaraan harus fit dan tidak menghambat selama perjalanan nanti.
DRY-RUN LEG-1
Bagaimana caranya membuat suatu event terasa seperti event aslinya tanpa ada seorangpun diantara mereka yang pernah ikut mengalami suasana berada dalam Camel Trophy 1981?
Tentunya dengan mengajak orang yang sudah pernah ikut!
Toshiharu Urabe (paling kiri) veteran Camel Trophy – team Jepang, bersama Bule (tengah) dan Tandon
Toshiharu Urabe (Toshi) seorang petualang berkebangsaan Jepang, merupakan teman baik Tandon. Toshi adalah veteran team Jepang – Camel Trophy 1987 di Madagaskar dan juga selanjutnya sebagai Official dalam event -event Camel Trophy sampai dengan tahun 1996. Setelah beberapa kali kontak dan bertukar ide, Toshi pun setuju untuk datang dari Tokyo sebagai penasihat untuk acara Tribute To Camel Trophy yang akan dilaksanakan.
Bulan Desember 2019 sebanyak sepuluh kendaraan Land Rover dengan berbagai tipe berangkat dari Jakarta menuju Jambi untuk memulai satu perjalanan napak tilas jalur Camel Trophy 1981. Berikut ini merupakan peserta yang berangkat :
DRY-RUN LEG-1
Bagaimana caranya membuat suatu event terasa seperti event aslinya tanpa ada seorangpun diantara mereka yang pernah ikut mengalami suasana berada dalam Camel Trophy 1981?
Tentunya dengan mengajak orang yang sudah pernah ikut!
Toshiharu Urabe (paling kiri) veteran Camel Trophy – team Jepang, bersama Bule (tengah) dan Tandon
Toshiharu Urabe (Toshi) seorang petualang berkebangsaan Jepang, merupakan teman baik Tandon. Toshi adalah veteran team Jepang – Camel Trophy 1987 di Madagaskar dan juga selanjutnya sebagai Official dalam event -event Camel Trophy sampai dengan tahun 1996. Setelah beberapa kali kontak dan bertukar ide, Toshi pun setuju untuk datang dari Tokyo sebagai penasihat untuk acara Tribute To Camel Trophy yang akan dilaksanakan.
Bulan Desember 2019 sebanyak sepuluh kendaraan Land Rover dengan berbagai tipe berangkat dari Jakarta menuju Jambi untuk memulai satu perjalanan napak tilas jalur Camel Trophy 1981. Berikut ini merupakan peserta yang berangkat :
Land Rover Defender 110” Adrijanto – Driver, Andiman Ahmad (Nchex) – Co-driver, dr. Iqbal – Medic, Mang Hardi – Head Mechanic
Land Rover Discovery T Mirzalsyah – Driver, Harry Oktavian – Co-driver, Fion Kamil – Event Director, Budi Kurniawan (Bujang) – Navigator
Land Rover Lightweight 110” Rahadian Mahendra – Driver, Harry Bo – Co-driver
Land Rover Series 88” Hybrid Haji Minto – Driver, Dede – Co-driver, Fakhrur Rozi – Crew
Range Rover P38 Saeful Hasyim – Driver, Budi Saptowibowo – Co-driver, Iskandar – Crew
Land Rover Defender 110” Tontong – Driver, Mardi – Co-driver, Pengendum – Suku Anak Dalam, Penyuruk – Suku Anak Dalam
Land Rover Discovery Matu Adam – Driver, Mufti Oksana (Bule) – Co-driver, Tandon Padmodimuljo – Producer / DoP, Toshiharu Urabe – CT’87 Veteran
Land Rover 90” DB Song (Kong Abi) – Driver, A Nasution (Ucok) – Co-driver
Land Rover109” Hybrid Syamsu Setiabudi – Driver, Thomas Pfister – Fotografer, Tober Hasudungan – Cameraman, Wawan – Crew
Range Rover P38 James Budiono – Driver, Teguh – Co-driver
Acara tersebut didukung oleh Disyon Toba selaku pemilik brand Consina Outdoor, sehingga dalam Dry-Run itu mereka tidak perlu pusing memikirkan seragam para peserta.
Rutinitas pagi sebelum berangkat menuju Lipatkain.
Tugu Equator (Khatulistiwa) di Lipatkain yang masih dalam proses Renovasi.
Karena merupakan rute yang akan digunakan dalam event Sumatra Tribute nanti, lokasi dan landmark yang dilewati kurang lebih sama. Hanya saja ada perbedaan kondisi sekarang dan nanti. Contohnya Tugu Equator di Lipatkain yang masih dalam tahap Renovasi.
Perjalanan Dry-Run ini makan waktu kurang lebih 10 hari dan didukung penuh untuk dokumentasinya oleh team dari Carnal Production yaitu Tandon sebagai DoP – Producer dan Tober Hasudungan sebagai Cameraman.
Penggunaan logo Camel Trophy, walaupun hanya sekedar untuk Tribute event, berkaitan dengan rokok Camel. Menurut aturan pemerintah di Indonesia, ada batasan bentuk sponsorship produsen rokok dalam kegiatan tertentu. Akhirnya setelah pelaksanaan Dry-Run, mereka mengubah logo dan nama event yang tadinya Tribute To Camel Trophy menggunakan Logo Camel Trophy, menjadi Sumatra Tribute 1981. Awal Maret 2020 nama Sumatra Tribute diumumkan secara resmi sekaligus diadakan gathering dan pameran foto-foto Dry-Run.
SURVEY LEG-2 MEDAN - JAMBI, MARET 2020
Sesampainya di Medan mereka disambut oleh Wahyu Ginting dan teman-teman dari Land Rover Club Medan (LRCM) dan tidak lupa mencicipi makanan dan kopi khas daerah sana. Setelah makan siang mereka bersiap untuk mulai bergerak ke titik berikutnya yaitu Berastagi.
Beda dengan survey pertama, perjalanan survey kedua ini ada tambahan satu kendaraan lagi sehingga menggunakan dua kendaraan yang dikirim dengan kapal dari Jakarta ke Belawan, Medan. Team terdiri dari dua mobil saja yaitu :
Land Rover Discovery 300 TDi Bambang Pratesa (Gembil) – Driver, Syamsu Setiabudi – Co-Driver, Fion Kamil – Event Director, Mang Hardi – Head Mechanic; Land Rover Series III 109” Canvas Mufti Oksana (Bule) – Driver, Tandon Padmodimuljo – Producer / DoP, Mardi Jordison – Co-Driver / Mechanic.
Saat keliling di Medan semua kendaraan berfungsi normal saja seperti hari-hari sebelumnya. Anehnya waktu mau berangkat, mendadak Discovery milik Gembil demam tinggi, sehingga mereka terpaksa harus buka kap mesin di pinggir jalan untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata fan belt putus dan menyebabkan overheat. Karena sudah agak sore mereka putuskan untuk menginap saja, agar tidak lelah dijalan dan lebih efisien waktu, serta tenaga.
SURVEY LEG-2 MEDAN - JAMBI, MARET 2020
Beda dengan survey pertama, perjalanan survey kedua ini ada tambahan satu kendaraan lagi sehingga menggunakan dua kendaraan yang dikirim dengan kapal dari Jakarta ke Belawan, Medan. Team terdiri dari dua mobil saja yaitu :
Land Rover Discovery 300 TDi Bambang Pratesa (Gembil) – Driver, Syamsu Setiabudi – Co-Driver, Fion Kamil – Event Director, Mang Hardi – Head Mechanic; Land Rover Series III 109” Canvas Mufti Oksana (Bule) – Driver, Tandon Padmodimuljo – Producer / DoP, Mardi Jordison – Co-Driver / Mechanic.
Sesampainya di Medan mereka disambut oleh Wahyu Ginting dan teman-teman dari Land Rover Club Medan (LRCM) dan tidak lupa mencicipi makanan dan kopi khas daerah sana. Setelah makan siang mereka bersiap untuk mulai bergerak ke titik berikutnya yaitu Berastagi.
Saat keliling di Medan semua kendaraan berfungsi normal saja seperti hari-hari sebelumnya. Anehnya waktu mau berangkat, mendadak Discovery milik Gembil demam tinggi, sehingga mereka terpaksa harus buka kap mesin di pinggir jalan untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata fan belt putus dan menyebabkan overheat. Karena sudah agak sore mereka putuskan untuk menginap saja, agar tidak lelah dijalan dan lebih efisien waktu, serta tenaga.
Esoknya Discovery masih diperbaiki, ternyata silinder head-nya melengkung dan harus di ganti. Karena survey tidak bisa ditunda, Fionk, Bule, Tandon dan Mardi berangkat menggunakan Series III 109” Canvas menuju ke Berastagi. Discovery menyusul esok harinya setelah selesai diperbaiki di Medan.
Trek di dekat Tigalingga memang kejam, terutama untuk mobil Series standar milik Bule. Perjalanan turun dari bukit penuh bebatuan dengan tali air yang besar-besar sehingga untuk mobil yang belum power steering, ini merupakan tantangan tersendiri, terutama untuk sopirnya.
Esoknya Discovery masih diperbaiki, ternyata silinder head-nya melengkung dan harus di ganti. Karena survey tidak bisa ditunda, Fionk, Bule, Tandon dan Mardi berangkat menggunakan Series III 109” Canvas menuju ke Berastagi. Discovery menyusul esok harinya setelah selesai diperbaiki di Medan.
Trek di dekat Tigalingga memang kejam, terutama untuk mobil Series standar milik Bule. Perjalanan turun dari bukit penuh bebatuan dengan tali air yang besar-besar sehingga untuk mobil yang belum power steering, ini merupakan tantangan tersendiri, terutama untuk sopirnya.
Dan benar saja, akhirnya Series III menyerah, steering box-nya jebol sebanyak dua kali dan benar-benar makan waktu serta tenaga. Dua kali perbaikan harus dilakukan dibawah terik sinar matahari Sumatera yang tidak terlalu ramah. Disana juga mereka berjumpa dengan seorang guru bernama Sinaga yang baik hati, membawakan kopi hitam untuk mereka yang melakukan perbaikan, dan ternyata Sinaga banyak jasanya dalam perjalanan survey mereka selanjutnya diwilayah ini.
Steering box mobil Bule dua kali rusak saat menuruni bukit.
Pak Guru Sinaga yang ikut serta dalam Survey karena ingin jalur tersebut bisa tembus roda empat agar akses dari rumah ke sekolahnya tidak perlu putar jauh.
Produsen ban Accelera setuju untuk ikut ambil bagian dalam Sumatra Tribute, dan untuk Survey akan memberikan beberapa set ban Accelera tipe MT-01. Tentu saja ini merupakan saat yang baik untuk kami dan terutama Accelera, karena ban tersebut di coba langsung untuk hadapi trek yang penuh rintangan dan tantangan!
Survey Leg 1 Medan – Jambi ini bisa dibilang tidak tuntas karena ditengah-tengah perjalanan mereka, informasi tentang penyebaran covid-19 semakin kencang. Banyak penolakan yang datang dari warga sekitar lokasi yang mereka lalui. Akhirnya survey diputuskan untuk tidak dilanjutkan dan mereka semua kembali ke Jakarta pas sebelum PPKM.
SURVEY FINAL JAMBI - SUMATERA UTARA
Leg 2 Pekanbaru – Sumatera Utara di mulai dengan jalan darat dari Jakarta menuju Pekanbaru. Dalam perjalanan menuju Pekanbaru mereka harus singgah di Palembang dan Jambi. Di Palembang mereka dijamu oleh Land Rover Bedulur, klub Land Rover Palembang. Beruntung sekali! Karena salah satu dari kendaraan mereka rusak (koplingnya jebol) di Jalan Tol Lampung – Palembang, betul-betul menyusahkan saat itu.
Ya betul dugaan anda! Series III (si Broken White namanya menurut si Bule), yang jebol koplingnya di tol menuju Palembang. Sampai di Palembang mereka dibantu oleh Oktopian, Broken White dibongkar di garasi rumah Okto dan dibantu oleh Keea dan montir Palembang andalan Okto. Malam itu mereka bermalam dirumah Okto.
Cek area campsite disekitar Sirkuit Suarnadwipa
Perbaikan darurat di jalan Tol Lampung – Palembang
Esoknya mereka berangkat menuju Jambi dan disambut dibengkel Haji Minto, salah satu penggemar Land Rover di Jambi dan merupakan salah satu peserta Dry-Run juga. Mereka tinggal semalam disana sambil bersiap dan loading perbekalan ke dalam kendaraan.
Karena ini Survey Final maka rutenya merupakan gabungan seluruh rute yang akan digunakan dalam event Sumatra Tribute nanti. Survey ini dibagi menjadi dua bagian yaitu leg 1 dan leg 2. Leg pertama akan disurvey menggunakan mobil Bule dan Haji Minto dengan tambahan 2 motor trail Mardi dan Bujang, sementara leg kedua akan menggunakan 3 kendaraan dari Land Rover Club Aceh yang akan bergabung di Danau Toba, sekaligus menemui Menteri Pariwisata Sandiaga Uno yang pada saat itu sedang ada kunjungan ke Kaldera di Danau Toba.
SURVEY FINAL JAMBI - SUMATERA UTARA
Leg 2 Pekanbaru – Sumatera Utara di mulai dengan jalan darat dari Jakarta menuju Pekanbaru. Dalam perjalanan menuju Pekanbaru mereka harus singgah di Palembang dan Jambi. Di Palembang mereka dijamu oleh Land Rover Bedulur, klub Land Rover Palembang. Beruntung sekali! Karena salah satu dari kendaraan mereka rusak (koplingnya jebol) di Jalan Tol Lampung – Palembang, betul-betul menyusahkan saat itu.
Perbaikan darurat di jalan Tol Lampung – Palembang
Ya betul dugaan anda! Series III (si Broken White namanya menurut si Bule), yang jebol koplingnya di tol menuju Palembang. Sampai di Palembang mereka dibantu oleh Oktopian, Broken White dibongkar di garasi rumah Okto dan dibantu oleh Keea dan montir Palembang andalan Okto. Malam itu mereka bermalam dirumah Okto.
Esoknya mereka berangkat menuju Jambi dan disambut dibengkel Haji Minto, salah satu penggemar Land Rover di Jambi dan merupakan salah satu peserta Dry-Run juga. Mereka tinggal semalam disana sambil bersiap dan loading perbekalan ke dalam kendaraan.
Cek area campsite disekitar Sirkuit Suarnadwipa
Karena ini Survey Final maka rutenya merupakan gabungan seluruh rute yang akan digunakan dalam event Sumatra Tribute nanti. Survey ini dibagi menjadi dua bagian yaitu leg 1 dan leg 2. Leg pertama akan disurvey menggunakan mobil Bule dan Haji Minto dengan tambahan 2 motor trail Mardi dan Bujang, sementara leg kedua akan menggunakan 3 kendaraan dari Land Rover Club Aceh yang akan bergabung di Danau Toba, sekaligus menemui Menteri Pariwisata Sandiaga Uno yang pada saat itu sedang ada kunjungan ke Kaldera di Danau Toba.
Setelah Leg 1 selesai di Bangkinang, Mobil Haji Minto dan Bule kembali menuju kandang masing-masing yaitu Jambi, dan bagi Bule, on-road ke Jakarta. Dalam survey Leg 2 ini ada tiga kendaraan yang sudah meluangkan waktu dan tenaga ekstra untuk datang dan bergabung dari Aceh. Susunan teamnya seperti ini :
Land Rover Discovery 300Tdi Muhammad Natsir – Driver, Fion Kamil – Event Director, Mirza Fuady – Co-driver – Land Rover Defender 110” Canvas Deni Fidiata – Driver, Supriadi – Co-driver, Surya Dipa – Crew / Fotografer – Land Rover Defender 110” Dedi Mulyadi – Driver, Mirza Mubarraq – Co-driver, Muhammad Nur – Navigator, Tandon Padmodimuljo – Producer / DoP
Tigalingga ini merupakan trek yang akan menjadi section Hardcore dari seluruh rangkaian trek, dan benar saja, memang hardcore! Tanpa pengalaman dan persiapan kendaraan yang maksimal, masuk di trek ini bisa jadi Neraka. Karena persiapan mereka sudah maksimal, maka segala masalah dan tantangan dalam trek ini bisa diminimalisir. Perjalanan survey ini berakhir dengan baik dan ini tanda bahwa event Sumatra Tribute siap digelar!
Jalur yang sudah puluhan tahun tidak dilalui kendaraan roda empat.
Daun di kepala untuk mengusir serangga. Namun tidak banyak berpengaruh.
Campsite ditengah trek Tigalingga
Diam tapi tidak mati
Awalnya Sumatra Tribute ini akan buat tahun 2020 bertepatan dengan anniversary Camel Trophy yang ke-40 tahun, tapi siapa sangka pandemi covid-19 menyerang seluruh dunia sehingga semuapun masuk masa lockdown yang pada saat itu tidak diketahui kapan pandemi akan berakhir. Akhirnya acara pun mau tidak mau harus ditunda sampai waktu yang tidak bisa di tentukan. Selama dua tahun sejak awal pandemi seluruh dunia diam, begitupun semua orang. Rehat sejenak bagi semesta.